Loading

Rabu, 03 Agustus 2011

5 Penyebab Sulit Konsentrasi

Ketika sedang membaca buku atau mengerjakan tugas, pernahkah Anda terpikir untuk segera mengecek e-mail atau sekadar melihat notifikasi pada Facebook dan Twitter? Waspadalah, karena semua data yang Anda terima melalui e-mail, pesan instan, dan ponsel atau pesan suara merupakan penyebab umum Anda kehilangan konsentrasi saat bekerja. Terdapat sejumlah penyebab lain yang dapat membuat Anda tidak fokus. Berikut beberapa yang umum.

1. Informasi yang berlebihan

Kita hidup di dunia di mana teknologi dapat mentransfer data dengan kecepatan lebih dari 1 gigabit per detik. Sayangnya, otak manusia tidak mampu memproses data-data tersebut dengan kecepatan yang sama. Semua gadget, seperti, BlackBerry, iPod, laptop, dan iPad, melemparkan informasi kepada Anda sehingga memaksa Anda menyelesaikan banyak tugas. Sayangnya, makin banyak tugas yang Anda kerjakan, makin sedikit kemampuan Anda untuk fokus pada satu hal.

Cobalah untuk terorganisasi dalam mengatur informasi. Akan lebih mudah untuk melakukan tugas-tugas jika informasi Anda diorganisasi. Sisihkan juga waktu untuk beristirahat agar bisa kembali fresh dan memulihkan diri.

2. Kurang tidur

Kurang tidur menjadi alasan utama mengapa Anda selalu limbung. Kita sibuk pergi dari satu tempat ke tempat lain dan tak jarang tidak memenuhi kebutuhan untuk tidur selama tujuh sampai delapan jam tiap malam. Pada situasi seperti ini, kita akan kehilangan kemampuan untuk fokus pada tugas-tugas.

3. Kurang berolahraga

Sangat sedikit dari kita yang sengaja meluangkan waktu agar bisa berolahraga. Padahal, berolahraga secara teratur tidak hanya membantu Anda menjaga atau menurunkan berat badan, tetapi juga dapat meningkatkan konsentrasi dan kapasitas memori serta membantu Anda untuk tidur nyenyak pada malam hari.

4. Terlalu banyak stres

Stres memengaruhi pusat kognitif otak. Ketika Anda stres, kecemasan akan membuat Anda makin sulit untuk berkonsentrasi. Cobalah untuk melakukan meditasi agar Anda merasa lebih rileks. Belajar bermeditasi juga dapat memperpanjang durasi Anda untuk fokus pada sesuatu dan mengurangi rasa cemas.

5. Miskin kepuasan kerja

Pada saat-saat tertentu, kita akan merasa tidak bahagia dengan pekerjaan kita. Namun, ketidakbahagiaan yang terus-menerus bisa menyebabkan miskin kepuasan kerja sehingga mengakibatkan gangguan total pada pekerjaan Anda. Jika sudah begitu, cobalah untuk pergi ke terapis atau mulai mencari pekerjaan baru.

Lima poin di atas hanya beberapa penyebab yang sering terjadi. Tentu masih terdapat banyak penyebab lain. Pastikan untuk melakukan perubahan gaya hidup guna melawan penyebab-penyebab gangguan.

Hakikat Materi

Kutipan dari http://www.harunyahya.com (rahasia dibalik materi)

Sejak kelahirannya manusia sudah dibiasakan melihat wujud dunia ini sebagai bentuk materi yang absolut. Sehingga ia tumbuh dewasa dalam pengaruh pengkondisian ini, dan menjalani seluruh hidupnya dalam cara pandang ini. Akan tetapi penemuan teknologi modern menemukan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan anggapan umum. Semua informasi yang kita punyai tentang dunia luar bersumber hanya dari panca indera yang kita miliki.

Dunia yang kita pahami terdiri atas :

Apa yang dilihat oleh Mata,

Didengar oleh Telinga,

Dicium oleh Hidung,

Dirasakan oleh Lidah dan

Disentuh oleh Tangan kita.

Manusia bergantung hanya kepada lima indera itu semenjak lahir, …

Itulah mengapa, ia hanya mengetahui dunia luar hanya sebatas yang diberikan melalui panca indera ini.

TETAPI

Penelitian ilmiah tentang indera kita, telah mengungkapkan kenyataan yang sangat berbeda tentang apa yang kita sebut dengan dunia luar, dan kenyataan ini telah membongkar sebuah rahasia sangat penting akan hakikat materi yang menyusun dunia luar tersebut. Pemikir abad ini Frederick Kester menjelaskan pencapaian ilmu pengetahuan pada bidang ini.

Pernyataan sejumlah ilmuwan bahwa manusia adalah gambar, segala yang dirasakan bersifat sementara dan tipuan, dan alam semesta hanyalah sebuah bayangan, tampak dibuktikan oleh ilmu pengetahuan di jaman kita sekarang.

Agar lebih memahami rahasia dibalik materi ini, marilah kita pahami kembali indera pengelihatan, yang memberi kita informasi paling banyak tentang dunia luar.
Bagaimana Kita dapat Melihat ?
Proses melihat terjadi secara bertahap, pada saat melihat, kumpulan cahaya yang disebut FOTON bergerak dari benda menuju mata. Dan menembus lensa dimana FOTON ini dibelokkan dan difokuskan menuju ke retina yang terletak dibelakang mata. Disini cahaya dirubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan kemudian diteruskan oleh sel-sel saraf ke pusat pengelihatan dibagian belakang otak. Proses melihat sesungguhnya terjadi di pusat tersebut yang berada di otak.

Segala pemandangan yang kita lihat dan rasakan, semua peristiwa yang kita alami sebenarnya kita rasakan di tempat yang kecil dan gelap dibelakang otak ini yang hanya berukuran beberapa cm3.

Jadi bila kita mengatakan kita melihat, maka sesungguhnya kita melihat efek yang ditimbulkan pada otak kita oleh cahaya yang sampai pada mata dengan merubahnya menjadi sinyal listrik. Proses sebenarnya adalah kita menyaksikan sinyal-sinyal listrik dalam otak kita.

Perlu diperhatikan bahwa otak kita tidak pernah berhubungan dengan dunia luar, dan apa yang ada didalam otak kita adalah ruang gelap gulita.

Sebagai contoh cobalah anda bayangkan melihat sebuah lilin yang menyala, maka anda akan melihat cahaya lilin, pada saat anda melihat cahaya lilin anda mengatakan terang padahal pusat pengelihatan di otak tetap gelap. Cahaya lilin tidak pernah menerangi pusat pengelihatan dalam otak kita namun kita dapat melihat warna warni dunia yang gemerlap dalam otak kita yang gelap.

Hal yang sama terjadi pula pada indera kita yang lain, suara, sentuhan, rasa dan bau, semuanya dirasakan didalam otak, sebagai sinyal-sinyal listrik.

Jadi selama ini otak kita tidak berhubungan langsung dengan materi sesungguhnya yang ada disekitar kita melainkan hanya tiruan sinyal-sinyal listrik dari materi tersebut yang terbentuk didalam otak kita.

Disinilah kita tertipu ketika menganggap tiruan ini sebagai wujud materi yang sesungguhnya.
‘Dunia Luar’ di dalam Otak Kita

Kenyataan ini membawa kita kepada kesimpulan yang tak perlu diperdebatkan lagi, Semua yang kita lihat, sentuh, dengar, dan rasakan sebagai materi, dunia atau alam semesta, hanyalah sinyal-sinyal listrik dalam otak kita.

Sebagai contoh bila kita melihat dan mendengar burung yang berkicau, maka sesungguhnya kita hanya menerima sinyal-sinyal listrik di otak dari sel-sel neuron dari mata ke pusat pengelihatan, andai syaraf yang menghubungkan mata ke pusat otak kita putus maka kita tidak dapat melihat apa-apa, begitu juga dengan suara burung yang kita dengar, apabila syaraf yang mengirim sinyal listrik suara dari telinga ke otak kita putus maka kita tidak dapat mendengar suara burung lagi.

Singkatnya burung yang kita lihat dan suaranya yang kita dengar, tidak lah lebih dari penafsiran sinyal-sinyal listrik di otak kita.

Ketika sedang membaca artikel ini, anda sebenarnya tidak berada didalam ruangan seperti yang anda yakini, sebaliknya ruangan tersebut ada dalam diri anda, Penglihatan anda terhadap tubuh anda, membuat anda berfikir anda berada didalam ruangan itu. Namun anda harus ingat bahwa tubuh anda pun adalah gambar yang terbentuk dari sinyal-sinyal listrik didalam otak anda.

Apakah keberadaan dunia luar sangat diperlukan ?

Sejauh ini kita telah berulang kali menybut dunia luar, dan dunia persepsi atau penampakan yang terbentuk didalam otak kita.

Namun sesungguhnya persepsi dalam otak kitalah yang terjadi (dengan kata lain dunia luar tidak ada) dan gambaran otak kitalah yang kita saksikan selama ini.

Tetapi ini belum bisa kita buktikan karena kita tidak bisa menjangkau dunia nyata diluar dari apa yang kita lihat dan kita huni selama ini.

Kita meyakini dunia yang ada hanya dari apa yang kita lihat, namun penampakkan yang ada hanyalah gambaran dari persepsi di otak kita.

Jadi semua yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, dan kita cium hanyalah sebuah gambaran semu yang hadir karena persepsi dari otak kita, karena itu sekali lagi kita tertipu dengan menganggap segala sesuatu yang ada, adalah sebagai wujud nyata, padahal itu ada dalam persepsi otak kita.

Untuk lebih memudahkan anda memahami konsep ini mari kita pelajari bagian berikut ini :

Dunia dalam Mimpi

Pernahkah anda mimpi?, anggap teman anda atau anda bermimpi menjadi seorang pilot pesawat terbang dengan berbagai panel desekeliling yang membingungkan, dan anda bisa dapat dengan mudah mengoperasikan semua panel pesawat dengan baik dan mendaratkan pesawat dengan sempurna.

Sadarkah anda selama anda dalam mimpi, anda menganggap bahwa itu adalah nyata, karena anda bisa menyentuh, meraba, merasakan dan mendengar desingan mesin pesawat, padahal anda tidak menggerakkan tangan, tidak menggerakkan kaki dan tidak mengoperasikan panel pesawat, melainkan hanya tidur mendengkur.

Dan anda akan tersadar setelah bangun dari tidur, bahwa semua pengalaman itu hanya sebuah mimpi, tapi apakah anda akan sadar bila anda tidak pernah bangun dari tidur itu?.

Itu pula yang sangat mungkin terjadi pada hidup kita, ketika kita terbangun dari mimpi, maka tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa kita telah mengalami mimpi yang lebih panjang yang kita sebut sebagai dunia nyata.

Alasan kita menyebut mimpi sebagai hayalan dan menyebut dunia ini adalah dunia yang nyata, adalah hanya karena prasangka kita. Bagaimana jika ternyata dunia nyata yang kita jalani ini hanya sebuah mimpi yang lebih panjang?.

Siapakah yang Melihat ?

Setelah semua kenyataan materi ini terungkap, kini muncul pertanyaan terpenting, Jika pengalaman dialam materi yang kita alami sekedar penampakkan, bagaimana dengan otak kita ?, oleh karena otak kita termasuk sebagai materi, seperti lengan kita, kaki kita dan benda lain, otak kita juga sekedar penampakkan sebagaimana semua benda yang ada.

Marilah kita memanjangkan semua syaraf-syaraf yang ada didalam otak kita dengan mengeluarkannya dari kepala kita, sehingga kita dapat melihatnya dengan mata kita.

Pada kondisi ini kita dapat melihat otak kita dan menyentuhnya dengan jari-jari kita. Dengan ini kita juga dapat menyadari bahwa otak kita adalah tidak lebih dari gambaran yang diberikan oleh panca indera kita.

Lalu kehendak apakah yang melihat, mendengar dan merasakan semua indera yang lain, jika bukan otak?, siapakah dia yang melihat, mendengar, meraba, merasakan rasa dan bau?, siapakah wujud ini yang berfikir, beralasan, memiliki perasaan dan berkata bahwa saya adalah saya?.

Salah satu pemikir terkemuka abad ini, Clarkly Brown juga memiliki pertanyaan yang sama.

Ternyata wujud ghaib yang menggunakan otak yang melihat dan mendengar serta merasakan adalah Ruh.

Alam materi adalah segala sesuatu yang tampak dan dirasakan oleh Ruh, dan inilah wujud absolut yang nyata dan Materi adalah penampakkan yang dilihat oleh Ruh.

Begitulah, kendatipun kita mulai dengan anggapan bahwa materi adalah wujud yang sesungguhnya, namun hukum-hukum fisika, kimia, dan biologi, semua menghantarkan kita pada kenyataan bahwa materi terbentuk dari khayalan, pada kenyataan yang pasti tentang adanya wujud yang ghaib dan “INILAH RAHASIA DIBALIK MATERI”

Kenyataan ini sangatlah pasti, sehingga mengkhawatirkan sejumlah ilmuwan materialis, yang meyakini materi sebagai wujud absolut. Dan para ilmuwan telah menyadari akan keterbatasan indera manusia.

Semua kenyataan ini menghadapkan kita kepada pertanyaan yang sangat penting, jika segala sesuatu yang ada, adalah penampakkan yang diberikan kepada Ruh kita, lalu apakah sumber penampakkan-penampakkan ini?, untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita harus mempertimbangkan bahwa alam materi tidak ada dengan sendirinya, akan tetapi sekedar penampakkan. Oleh karena itu sudah sewajarnya bila penampakkan ini ada karena adanya kekuatan lain yang sangat besar dan berarti bahwa ini pasti telah diciptakan.

Lebih dari itu penciptaan ini harus terjadi terus menerus, jika tidak demikian maka apa yang kita sebut dengan materi akan musnah dan hilang. Hal ini bisa disamakan dengan televisi yang terus-menerus menampilkan penampakkan gambar, jika siaran dihentikan maka penampakkan gambar pada televisipun akan hilang.

Wujud Absolut Sesungguhnya

Siapakah yang membuat Ruh kita melihat tanah, manusia dan semua alam materi ini, sangat jelas bahwa ada pencipta Maha Agung yang telah menciptakan seluruh alam materi, yakni keseluruhan penampakkan dan terus menerus menciptakannya tanpa henti.

Karena pencipta ini memperlihatkan penciptaan yang luar biasa, IA pasti memiliki kekuatan dan kebesaran yang Abadi, semua penampakkan IA ciptakan sesuai kehendaknya, dan IA berkuasa atas yang diciptakannya setiap saat, pencipta ini adalah ALLAH penguasa Langit dan Bumi, wujud absolut sesungguhnya adalah ALLAH, segala sesuatu selain darinya adalah bayangan yang diciptakan.

Tujuh golongan yang akan dilindungi oleh Allah

"Tujuh golongan yg akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya di hari tdk ada naungan kecuali naungan-Nya.

* Pemimpin yg adil
* Pemuda yg sentiasa beribadat kepada Allah semasa hidupnya
* Orang yg hatinya sentiasa berpaut pada masjid-masjid
* Dua orang yg saling mengasihi karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah
* Seorang lelaki yg diundang oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan rupa paras yg cantik utk melakukan kejahatan tetapi dia berkata, 'Aku takut kepada Allah!'
* Seorang yg memberi sedekah tetapi dia merahsiakannya seolah-olah tangan kanan tidak tahu apa yg diberikan oleh tangan kirinya
* Seseorang yg mengingati Allah di waktu sunyi sehingga mengalirkan air mata dr kedua matanya"

Sunan Kalijaga

Raden. Mas Syahid atau yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga., adalah putera dari Ki Tumenggung Wilatika, bupati Tuban, ada pula yang mengatakan, bahwa nama lengkap ayah Sunan Kalijaga adalah Raden Sabur Tumenggung Wilatika, dikatakan dalam riwayat, bahwa dalam perkawinannya dengan Dewi Saroh Binti Maulana Ishak, Sunan Kalijaga juga memperoleh 3 orang putera, masing-masing : .R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.

Diantara para Wali Sembilan, beliau terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, seorang pemimpin, mubaligh, pujangga dan filosofi. daerah operasinya tidak terbatas, oleh karena itu beliau adalah terhitung seorang mubaligh keliling (reizendle mubaligh). jikalau beliau bertabligh, senantiasa diikuti oleh pada kaum ningrat dan sarjana.

Kaum bangsawan dan cendekiawan amat simpatik kepada beliau. karena caranya beliau menyiarkan agama islam yang disesuaikan dengan aliran jaman, Sunan Kalijaga adalah adalah seorang wali yang kritis, banyak toleransi dan pergaulannya dan berpandangan jauh serta berperasaan dalam. Semasa hidupnya, sunan kalijaga terhitung seorang wali yang ternama serta disegani beliau terkenal sebagai seorang pujangga yang berinisiatif mengaran cerita-cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam dengan lain perkataan, dalam cerita-cerita wayang itu dimaksudkan sebanyak mungkin unsur-unsur ke-Islam-an,. hal ini dilakukan karena pertimbangan bahwa masyarakat di Jawa pada waktu itu masih tebal kepercayaannya terhadap Hinduisme dan Buddhisme, atau tegasnya Syiwa Budha, ataupun dengan kata lain, masyarakat masih memagang teguh tradisi-tradisi atau adat istiadat lama.

Diantaranya masih suka kepada pertunjukan wayang, gemar kepada gamelan dan beberapa cabang kesenian lainnya, sebab-sebab inilah yang mendorong Sunan Kalijaga sebagai salah seorang mubaligh untuk memeras otak, mengatur siasat, yaitu menempuh jalan mengawinkan adat istiadat lama dengan ajaran-ajaran Islam assimilasi kebudayaan, jalan dan cara mana adalah berdasarkan atas kebijaksanaan para wali sembilan dalam mengambangkan Agama Islam di sini.

Sunan Kalijaga, namanya hingga kini masih tetap harum serta dikenang oleh seluruh lapisan masyrakat dari yang atas sampai yang bawah. hal ini adalah merupakan suatu bukti, bahwa beliau itu benar-benar manusia besar jiwanya, dan besar pula jasanya. sebagai pujangga, telah banyak mengarang berbagai cerita yang mengandung filsafat serta berjiwa agama, seni lukis yang bernafaskan Islam, seni suara yang berjiwakan tauhid. disamping itu pula beliau berjasa pula bagi perkembangan dari kehidupan wayang kulit yang ada sekarang ini.

Sunan Kalijaga adalah pengarang dari kitab-kitab cerita-cerita wayang yang dramatis serta diberi jiwa agama, banyak cerita-cerita yang dibuatnya yang isinya menggambarkan ethik ke-Islam-an, kesusilaan dalam hidup sepanjang tuntunan dan ajaran Islam , hanya diselipkan ke dalam cerita kewayangan. oleh karena Sunan Kalijaga mengetahui, bahwa pada waktu itu keadaan masyarakat menghendaki yang sedemikian, maka taktik perjuangan beliaupun disesuaikannya pula dengan keadaan ruang dan waktu.

Berhubung pada waktu itu sedikit para pemeluk agama syiwa budha yang fanatik terhadap ajaran agamanya, maka akan berbahaya sekali kiranya apabila dalam memperkembangkan agama islam selanjutnya tidak dilakukan dengan cara yang bijaksana. para wali termasuk didalamnya Sunan Kalijaga mengetahui bahwa rakyat dari kerajaan Majapahit masih lekat sekali kepada kesenian dan kebudayaan mereka, diantaranya masih gemar kepada gemalan dan keramaian-keramaian yang bersifat keagamaan Syiwa-Budha.

Maka setelah diadakan permusyawaratan para wali, dapat diketemukan suatu cara yang lebih supel, dengan maksud untuk meng-Islam-kan orang-orang yang belum masuk Islam. cara itu diketemukan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang yang terkenal berjiwa besar, dan berpandangan jauh,berfikiran tajam, serta berasal dari suku jawa asli. disamping itu beliau juga ahli seni dan faham pula akan gamelan serta gending-gending (lagu-lagunya).

Maka dipesanlah oleh Sunan Kalijaga kepada ahli gamelan untuk membuatkan serancak gamelan, yang kemudian diberinya nama kyai sekati. hal itu adalah dimaksudkan untuk memperkembangkan Agama Islam.

Menurut adat kebiasaan pada setiap tahun, sesudan konperensi besar para wali, diserambi Masjid Demak diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan dengan rebana (Bhs. Jawa Terbangan) menurut irama seni arab. Hal ini oleh Sunan Kalijaga hendak disempurnakan dengan pengertian disesuaikan dengan alam fikiran masyarakat jawa. maka gamelan yang telah dipesan itupun ditempatkan diatas pagengan yaitu sebuah tarub yang tempatnya di depan halaman Masjid Demak, dengan dihiasai beraneka macam bungan-bungaan yang indah. gapura mashidpun dihiasinya pula, sehingga banyaklah rakyat yang tertarik untuk berkunjung ke sana, gamelan itupun kemudian dipukulinya betalu-talu dengan tiada henti-hentinya.

Kemudian dimuka gapura masjid, tampillah ke depan podium bergantian para wali memberikan wejangan-wejangan serta nasehat-nasehatnya uraian-uraiannya diberikan dengan gaya bahasa yang sangat menarik sehingga orang yang mendengarkan hatinya tertaik untuk masuk ke dalam masjid untuk mendekati gamelan yang sedang ditabuh, artinya dibunyikan itu. dan mereka diperbolehkan masuk ke dalam masjid, akan tetapi terlebih dahulu harus mengambil air wudlu di kolas masjid melalui pintu gapura. upacara yang demikian ini mengandung simbolik, yang diartikan bahwa bagi barang siapa yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kemudian masuk ke dalam masjid melalui gapura (dari Bahasa Arab Ghapura) maka berarti bahwa segala dosanya sudah diampuni oleh Tuhan.

Sungguh besar jasa Sunan Kalijaga terhadap kesenian, tidak hanya dalam lapangan seni suara saja, akan tetapi juga meliputi seni drama (wayang kulit) seni gamelan, seni lukis, seni pakaian, seni ukir, seni pahat. dan juga dalam lapangan kesusastraan, banyak corak batik oleh sunan kalijaga (periode demak) diberi motif “burung” di dalam beraneka macam. sebagai gambar ilustrasi, perwujudan burung itu memanglah sangat indahnya, akan tetapi lebih indah lagi dia sebagai riwayat pendidikan dan pengajaran budi pekerti. di dalam bahasa kawi, burung itu disebut “kukila” dan kata bahasa kawi ini jika dalam bahasa arab adalah dari rangkaian kata : “quu” dan “qilla” atau “quuqiila”, yang artinya “peliharalah ucapan (mulut)-mu.

Hal mana dimaksudkan bahwa kain pakaian yang bermotif kukila atau burung itu senantiasa memperingatkan atau mendidik dan mengajar kepada kita, agar selalu baik tutur katanya, inilah diantaranya jasa sunan kalijaga dalam hal seni lukis. Dalam hubungan ini dibuatnya model baju kaum pria yang diberinya nama baju “takwo”, nama tersebut berasal berasal dari kata bahasa arab “taqwa” yang artinya ta’at serta berbakti kepada Allah SWT.

Nama yang simbolik sifatnya ini, dimaksudkan untuk mendidik kita agar supaya selalu cara hidup dan kehidupan kita sesuai dengan tuntunan agama. Nama Kalijaga menurut setengah riwayat , dikatakan berasal dari rangkaian Bahasa Arab ‘ Qadli Zaka, Qadli – artinya pelaksana, penghulu : sedangkan Zaka – artinya membersihkan. jadi Qodlizaka atau yang kemudian menurut lidah dan ejaan kita sekarang berubah menjadi Kalijaga itu artinya ialah pelaksana atau pemimpin yang menegakkan kebersihan (kesucian) dan kebenaran agama Islam.

Konon kabarnya Sunan Kalijaga itu usianya termasuk lanjut pula, sehingga dalam masa hidupnya, beliau antara lain mengalami tiga kali masa pemerintahan, pertama jaman akhkh Siti Jenar sesungguhnya tak ada disini, yang ada hanyalah Tuhan yang Sejati.
ujarnya pula :

“Awit seh lemang bang iku, wajahing pangeran jati. nadyan sira ngaturana, ing pangeran kang sejati, lamun Syekh Lemah Bang ora, mansa kalakon yekti”

Artinya :
Oleh karena Syekh Siti Jenar itu sesungguhnya adalah wajah wujudnya Tuhan sejati, meskipun engkau menghadap kepada Tuhan yang sejati, manakala siti jenar tidak, maka tidaklah hal itu akan terlaksana. pada waktu Maulana Maghribi memberi wejangan bahwa yang disebut Tuhan Allah Sejati itu Wajibul Wujud (kang aran Allah jatine, wajibul wujud kang ana), maka Syekh Siti Jenar pun menjawablah, katanya :

“Aja ana kakehan semu, iya ingsun iki Allah, nyata ingsun kang sejati, jejuluk Prabu Satmata, tan ana liyan jatine, ingkang aran bangsa Allah”

Artinya :
jangan kebanyakan semu, saya inilah Allah. saya sebetulnya bernama Prabu Satmata, dan tiadalah yang lain dengan nama Ketuhanan. Oleh karena segala ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran Syekh Siti Jenar ini dipandang sangat membahayakan kepada rakyat, maka akhirnya beliau pun dihukum mati oleh para wali. Jikalau kita ikuti segala ucapan-ucapan Siti Jenar tersebut di atas, maka hal itu mengingatkan kita kepada ajaran-ajaran dan ucapan-ucapan salah seorang misticus yang masyhur, yaitu Al Hallaj (858-992). sebagaimana diketahui, Al Hallaj pernah berkata:
“Annal haqq” artinya : “sayalah kebenaran yang sejati itu”

kemudian katanya pula :
“wa’ma fi jubbati illa-lah” artinya “dan tidak ada yang dalam jubah , melainkan Allah”.

Disamping itu al hallaj juga pernah mengatakan :
“Telah bercampur rohmu dalam rohku, laksana bercampurnya chamar dengan air jernih bila menyentuhi akanmu sesuatu, tersentuhlah aku, sebab itu engkau adalah aku”

Dalam segala hal demikianlah pandangan hidupnya. ucapan dan ajarannya inilah yang mengakibatkan dia dihukum mati di atas tiang gantungan, karena dianggap berbahaya dan menyesatkan oleh pemerintah Bagdad. kedua ahli mistik, baik Al Hallaj maupun Syekh Siti Jenar fahamnya condong kepada ajaran pantheisme, kesatuan antara makhluk dengan khalik Maha Penciptanya. dan keduanya pun mengalami pula nasib yang sama, karena mereka harus menebus keyakinan hidupnya dengan hukuman mati.

Kemudian kita dapati pula ucapan Siti Jenar yang lain, yang tampak isinya lebih mengutamakan hakekat daripada syari’at, katanya :

“Sahadat salat puwasa kawuri, apa dene jakat lawan pitrah, ujar iku dora kabehm nora kena ginugu, Islam tetep durjaning budi, ngapusi kyehning titah, sinung swarga besuke, wong bodo kanur ulama, tur nyatane pada bae ora uning, beda syekh siti jenar.”

Selanjutnya berkatalah Syekh Siti Jenar :
“Tan mituhu salat lawan dikir, jengkang-jengking neng masjid ting krembyah, nora nana ganjarane, yen wus ngapal batukmu, sejatine tanpa pinanggih, neng dunya bae pada susah amemikul, lara sangsaya tan beda, marma siti jenar mung madep wajidi, gusti dat roning kamal”.

Demikianlah antara lain pandangan hidup serta ajaran-ajaran dari Syekh Siti Jenar. Dalam riwayat dikatakan bahwa murid Syekh Siti Jenar adalah : Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Pengging, Pangeran Panggung, Ki Lontang.

Menengok konflik Masa Lalu

Biasanya, konflik yang terjadi di kalangan ulama -terutama ulama jaman dahulu, lebih banyak diakibatkan karena persoalan (rebutan pengaruh) politik. Tidak hanya terjadi pada era kiai-ulama masa kini, tapi sejak jaman Wali Songo-pun, konflik seperti itu pernah terjadi. Bahkan, sejarah Islam telah mencatat bahwa jenazah Muhammad Rasulullah SAW baru dimakamkan tiga hari setelah wafatnya, dikarenakan para sahabat justru sibuk rebutan soal posisi khalifah pengganti Nabi (Tarikh Ibnu Ishak, ta’liq Muhammad Hamidi). Di era Wali Songo -kelompok ulama yang “diklaim” oleh NU sebagai nenek-moyangnya dalam perihal berdakwah dan ajarannya, sejarah telah mencatat pula terjadinya konflik yang “fenomenal” antara Wali Songo (yang mementingkan syari’at) dengan kelompok Syekh Siti Jenar (yang mengutamakan hakekat). Konflik itu berakhir dengan fatwa hukuman mati bagi Syekh Siti Jenar dan pengikutnya. Sejarah juga mencatat bahwa dalam persoalan politik, Wali Songo yang oleh masyarakat dikenal sebagai kelompok ulama penyebar agama Islam di Nusantara yang cukup solid dalam berdakwah itu, ternyata juga bisa terpolarisasi ke dalam tiga kutub politik; Giri Kedaton (Sunan Giri, di Gresik), Sunan Kalijaga (Adilangu, Demak) dan Sunan Kudus (Kudus). Kutub-kutub politik itu memiliki pertimbangan dan alasan sendiri-sendiri yang berbeda, dan sangat sulit untuk dicarikan titik temunya; dalam sidang para wali sekalipun. Terutama perseteruan dari dua nama yang terakhir, itu sangat menarik. Karena pertikaian kedua wali tersebut dengan begitu gamblangnya sempat tercatat dalam literatur sejarah klasik Jawa, seperti: “Babad Demak”, “Babad Tanah Djawi”, “Serat Kandha”, dan “Babad Meinsma”.

Lagi-lagi, konflik itu diakibatkan karena persoalan politik. Perseteruan yang terjadi antara para wali itu bisa terjadi, bermula setelah Sultan Trenggono (raja ke-2 Demak) wafat. Giri Kedaton yang beraliran “Islam mutihan” (lebih mengutamakan tauhid) mendukung Sunan Prawata dengan pertimbangan ke-’alimannya. Sementara Sunan Kudus mendukung Aryo Penangsang karena dia merupakan pewaris sah (putra tertua) dari Pangeran Sekar Seda Lepen (kakak Trenggono) yang telah dibunuh oleh Prawata (anak Trenggono). Sedangkan Sunan Kalijaga (aliran tasawuf, abangan) mendukung Joko Tingkir (Hadiwijaya), dengan pertimbangan ia akan mampu memunculkan sebuah kerajaan kebangsaan nusantara yang akomodatif terhadap budaya.

Sejarah juga mencatat, konflik para wali itu “lebih seru” bila dibandingkan dengan konflik ulama sekarang, karena pertikaian mereka sangat syarat dengan intrik politik yang kotor, seperti menjurus pada pembunuhan terhadap lawan politik. Penyebabnya tidak semata karena persoalan politik saja, tapi di sana juga ada hal-hal lain seperti: pergesekan pengaruh ideologi, hegemoni aliran oleh para wali, pengkhianatan murid terhadap guru, dendam guru terhadap murid, dan sebagainya.

Bahkan, De Graaf, seorang sejarawan Jawa dari Belanda, dengan begitu beraninya menilai konflik di antara para wali itu bukan hanya masalah hubungan antara guru dan murid belaka. Bukan pula harus selalu dilihat dari segi spiritualnya, tapi sekolah agama dari para wali itu bisa juga dilihat sebagai sebuah konsentrasi politik. Para wali yang terlibat konflik itu sesungguhnya tidak membatasi diri pada ajaran spiritual saja, tetapi juga memposisikan dirinya sebagai ahli politik sejati, yang (terlalu) banyak ikut campur tangan terhadap persoalan negara. Seperti misalnya, seseorang yang menjadi raja, berhak menyandang gelar “Sultan” bila telah mendapatkan “restu” dari Giri Kedaton. Model pola hubungan ulama-umara seperti ini yang kemudian menjadi benih-benih pertikaian di antara wali sendiri.

Begitupun ketika pusat pemerintahan pindah dari Pajang ke Mataram. Sunan Kudus “berbelok arah” mendukung kubu Demak (Aria Pangiri, putra Sunan Prawata [kubu yang sebelumnya dilenyapkan Arya Penangsang, jagoan Sunan Kudus]) untuk menguasai Pajang, mengusir Pangeran Benawa (putra Sultan Hadiwijaya). Sementara Sunan Kalijaga mendukung keturunan Pamanahan (Ki Gede Mataram) untuk mendirikan kerajaan baru yang bernama Mataram.

Tidak hanya berhenti di situ. Konflik politik para wali itu terus berlanjut hingga akhir hayat mereka. Hingga anak cucu generasi mereka selanjutnya. Dan lebih memprihatinkan lagi, ketika Sunan Amangkurat I (Raja Mataram ke-5, putra Sultan Agung Hanyokrokusumo) membantai secara keji 6000 ulama ahlussunnah wal jama’ah di alun-alun Mataram, dengan alasan “mengganggu keamanan negara”. Ini adalah sebagai bukti adanya imbas yang berkepanjangan dari perseteruan ideologi para wali di era sebelumnya -di samping juga karena faktor politik yang lain. Dan, gesekan-gesekan aliran keagamaan (ideologi) seperti itu, di kemudian hari terus berlanjut, seolah-olah telah menjadi sebuah “warisan” masa kini.